RANGKUMAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX SEMESTER GANJIL

Bab 1 : Teks Eksemplum

A.    Memahami Struktur Teks Eksemplum
Ragam peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, baik peristiwa menyenangkan, menyedihkan yang memberikan hikmah atau pelajaran bagi kita dapat disajikan secara tertulis dalam bentuk teks, yaitu teks eksemplum.
Teks eksemplum pada dasarnya merupakan jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Eksemplum adalah jenis genre cerita yan berkaitan dengan insiden yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang menjadi insiden. Insiden yang terjadi dijadikan bahan untuk menarik suatu kesimpulan tentang nilai-nilai atau pelajaran berharga oleh pembaca. Teks eksemplum intinya tidak terletak pada cerita yang ada dalam teks, tetapi terdapat pada nilai atau pelajaran yang ingin disampaikan melalui ilustrasi cerita yang disampaikan.
Pada dasarnya, teks eksemplum mempunyai struktur berikut;
1.       Abstrak                  : Inti peristiwa sebagai pengantar yang menggambarkan peristiwa yang akan diceritakan.
2.      Orientasi               : Bagian pembuka cerita atau awalan cerita.
3.      Insiden                  : Peristiwa yang tidak diinginkan.
4.      Interpretasi         : Makna atau pesan dari peristiwa yang tidak diinginkan.
5.      Koda/amanat     : Bagian penutup cerita.

B.    Ciri Kebahasaan dalam Teks Eksemplum
Dalam teks eksemplum, terdapat ciri-ciri kebahasaan, antara lain:
1.       Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi peristiwa atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dan lebih dari satu struktur.
Macam-macam kalimat kompleks sebagai berikut.
a.      Kalimat kompleks parataktik
Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi, atau.
Contoh :
Yang pertama disebut makhluk hidup dan yang kedua disebut makhluk hidup.
b.      Kalimat kompleks hipotaktif
Kalimat kompleks hipotaktif adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungktif saja dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, ketika.
Contoh :
Tanaman kacang ini akan tumbuh subur apabila petani rajin menyiraminya.
2.      Kata rujukan
Kata rujukan adalah satu kata yang merajuk pada kata lain dan memperlihatkan keterkaitannya.
Contoh     :
      Saat itu saya bertemu dengan seorang kenalan baru  yang menurut saya sangat baik. Dia menunjukkan betapa baiknya dirinya denan selalu membantu kesulitan saya selama latihan.Kami bertemu untuk pertama kali saat pendaftaran calon peserta pidato tingkat nasional.
* Kata dia pada sepenggal cerita diatas merajuk pada kata kenalan baru. Dia merupakan salah satu jenis kata ganti atau pronomina, yaitu kata ganti orang ketiga tunggal.
Macam-macam kata ganti :
a.      Kata ganti orang
1)      Kata ganti orang pertama
·         Kata ganti orang pertama tunggal. Contoh : aku, saya, daku, ku, -ku
·         Kata ganti orang pertama jamak. Contoh : kami, kita
2)     Kata ganti orang kedua
·         Kata ganti orang kedua tunggal. Contoh : kamu, anda, engkau, kau, dikau, -mu.
·         Kata ganti orang kedua jamak. Contoh : kalian, kamu sekalian
3)     Kata ganti orang ketiga
·         Kata ganti orang ketiga tunggal. Contoh : dia, beliau, ia, -nya
·         Kata ganti orang ketiga jamak. Contoh : mereka, -nya
b.      Kata ganti penunjuk
1)      Kata ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
2)     Kata ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari situ, ke sini, dari sana, yakni, yaitu
·         Kata ganti penunjuk umum. Contoh : ini, itu
·         Kata ganti penunjuk tempat. Contoh : sini, situ, di sini, ke sana, dari situ, dari sini, ke sini, dari sana, yakni, yaitu.
·         Kata ganti penunjuk ihwal. Contoh : begini, begitu.
·         Kata ganti penanya;
Kata ganti penanya benda atau orang. Contoh : apa, siapa, mana, yang mana.
Kata ganti penanya waktu. Contoh : kapan, bilamana, apabila
Kata ganti penanya tempat. Contoh : di mana, ke mana, dari mana
Kata ganti penanya keadaan. Contoh : mengapa, bagaimana
Kata ganti penanya jumlah. Contoh : berapa
c.       Kata ganti yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu
Contoh : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa-apa, anu, masing-masing, sendiri.
3.      Kata hubung atau konjungsi
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang fungsinya sebagai penghubung kata, frasa, atau kalimat. Macam-macam konjungsi;
a.      Konjungsi koordinatif
Kata hubung koordinatif berfungsi sebagai penghubung unsur kalimat yang memiliki kedudukan sama. Konjungsi koordinatif antara lain: dan, namun, tetapi, atau, padahal, sedangkan,dan serta.
Contoh :
1)      Ibu membeli apel, jeruk, dan srikaya.
2)     Jeny ingin membeli rok, sedangkan Winta ingin membeli kebaya.
3)     Nisa tetap rajin belajar padahal sudah menjadi bintang kelas.

b.      Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah kata hubung yang dalam penggunaanya berupa kata berpasangan dan memiliki fungsi sama seperti konjungsi subordinatif. Terdiri dari : jangankan, -pun, baik... maupun, bukan hanya..., melainkan, tidak hanya..., tetapi juga.
Contoh :
1)      Jangankan motor, mobil pun bisa dia beli.
2)     Baik Kiki maupun Einda keduanya sama-sama cantik.
3)     Ade tidak hanya lihai menari tetapi juga pandai menyanyi.

c.       Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kebalikan dari konjungsi koordinatif. Fungsi konjungsi ini, yaitu sebagai penghubung antarunsur kalimat yang tidak sama kedudukannya. Termasuk konjungsi subordinatif, yaitu: kalau, jika, bila, tanpa, bahwa, meskipun, biarpun, sebab, karena, sampai, sehingga, seolah-olah, seandainya, selama, saat, ketika, dengan, dan tanpa.
Contoh :
1)      Jika cukup punya uang, aku akan membeli motor baru itu.
2)     Seandainya tidak hujan, aku akan pergi ke rumahmu.
3)     Biarpun hujan, Pak Dirga tetap mengolah sawahnya.


Bab 2  : Teks Tanggapan Kritis

       A.    Memahami Struktur Teks Tanggapan Kritis
Teks tanggapan kritis merupakan jenis teks yang digunakan untuk meringkas, menganalisis, dan menanggapi teks sastra, teks karya seni, atau pertunjukan. Teks ini dapat berupa respon pribadi atau reviu.
Didalam teks tanggapan kritis terdapat kritik dan pujian. Menurut KBBI, kritik adalan kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya, pendapat, dsb. Kritik hendaknya memangun, yaitu kritik yang dapat membantu untuk berkarya lebih baik setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan hasil karyanya.  Adapun pujian merupakan pernyataan atau perkataan yang tulus akan kebaikan, kelebihan atau keunggulan suatu hasil karya.
            Struktur teks tanggapan kritis     :
1.       Resume, merupakan sinopsis dari isi teks yang hendak ditanggapi.
2.      Deskripsi kelebihan/kekurangan, merupakan penggambaran atau pelukisan dari kelebihan dan kekurangan teks yang ditanggapi.
3.      Judgement (penilaian), merupakan penilaian menyeluruh terhadap kualitas teks yang ditanggapi.

    B.    Mengidentifikasi Ciri Kebahasaan dalam Teks Tanggapan Kritis


Unsur kebahasan yang biasa digunakan dalam teks tanggapan kritis, adalah :
1.      Kalimat simpleks
Kalimat simpleks (kalimat tunggal) adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks dapat dibedakan berdasarkan kategori predikatnya, yaitu:
a.      Kalimat simpleks berpredikat verbal
Dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1)      Kalimat taktransitif
Kalimat ini tidak berobjek dan tidak berpelengkap. Kalimat ini hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu subjek dan predikat.
Contoh :
a)     Bu Lurah sedang berbelanja.
b)     Kami senang berenang.

2)     Kalimat ekatransitif
Kalimat ini memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat dan objek.
Contoh :
a)     Dia merestui kepergian anaknya.
b)     Pak Lurah memberangkatkan rombongan.

3)     Kalimat dwitransitif
Kalimat ini memiliki struktur berupa subjek, predikat, objek dan pelengkap yang saling berkaitan.
Contoh :
a)     Amir sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
b)     Ayah mengirimi kami uang tiap bulan.

b.      Kalimat simpleks berpredikat adjektival
Perhatikan contoh berikut!
1)      Adiknya sakit.
2)     Apa yang dikatakannya benar.
Kedua kalimat tersebut terdiri atas subjek (adiknya dan apa yan dikatakannya) dan predikat (sakit dan benar). Predikat kedua kalimat tersebut merupakan adjektival yang menerangkan subjek.
c.       Kalimat simpleks berpredikat nominal
Kalimaat ini berarti menggunakan predikat berupa nominal, seperti pada contoh berikut.
1)      Tas itu buatan Bandung
2)     Dia guru saya
Subjek (tas itu dan dia) pada kedua kalimat tersebut menggunakan predikat yang menerangkan tentang subjek (buatan dan guru)
d.      Kalimat simpleks berpredikat numeral
Predikat kalimat ini berupa numeral yang menunjukan jumlah. Contohnya :
1)      Muridnya banyak
2)     Rumahnya dua

e.      Kalimat simpleks berpredikat frasa preposisional
Predikat kalimat ini berupa frasa preposisional yang menerangkan subjek. Contohnya :
1)      Adiknya ke rumah kemarin.
2)     Guru di dalam ruangan.

2.     Kalimat kompleks
Kalimat kompleks merupakan kalimat yang mengalami perluasan dengan dihubungkan oleh konjungsi. Kalimat kompleks dibagi menjadi kalimat kompleks parataktik dan hipotaktik.
Contoh :
a.      Kakaknya rajin, tetapi adiknya malas. (Kalimat kompleks parataktik)
b.      Kesenian Indonesia akan terus berkembang apabila antara para seniman dan pemerintah bekerja sama denan baik. (Kalimat kompleks hipotaktik)

3.     Konjungsi (kata hubung)

Kata hubung atau kata sambung atau konjungsi merupakan kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dan kata lain dalam satu kalimat (intrakaimat; dan, tetapi, lalu, kemudian). Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain (antarkalimat; akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu).
Kata hubung intrakalimat dikelompokan menjadi            :
a.      Kata hubung koordinatif
Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan, serta, tetapi.
b.      Kata hubung korelatif
Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang memiliki status sama, biasanya dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa, misalnya baik..., maupun..., tidak hanya..., tetapi juga...
c.       Kata hubung subordinatif
Kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama, misalnya setelah, agar, sehingga, karena.
4.     Rujukan kata

Rujukan kata yaitu satu kata merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterkaitan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk).
Contoh :
      Namun, berbeda dengan sang Kepala Sekolah yang bernamaPak Balia. Ia adalah cerminan guru teladan. Pak Balilah yang telah memberikan mimpi-mimpi kepada murid-muridnya terutama kepada Ikal, Arai, dan Jimbron.
*Pada contoh diatas diketahui bahwa ia dan –nya merajuk Pak Balia.
5.     Pilihan kata

Gorys Keraf dalam bukunya berjudul Diksi dan Gaya Bahasa menyebutkan mengenai pengertian diksi atau pilihan kata.
a.      Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
b.      Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bantuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c.        Ketiga, pilihlah kata atau diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh kemampuan menguasai sejumlah besar kosakata dua persoalan pokok, yakni pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan mempergunakan kata-kata tadi.


0 comments:



Post a Comment